Bagaimanakah kondisi psikologis ibu hamil? Kehamilan adalah anugerah Ibu yang sedang mengalami kehamilan, dituntut tidak hanya harus siap secara fisik, tetapi juga harus siap secara mental. Oleh karena itu, cara terbaik untuk mempersiapkan hal tersebut adalah dengan melakukan pemeliharaan diri secara fisik dan psikologis selama masa kehamilan. Beban fisik dan mental biasa dialami oleh ibu hamil karena perubahan fisik dan hormonalnya, seperti bentuk tubuh yang melebar dan kondisi emosi yang naik turun. Beban ini sering diperparah dengan munculnya stres kehamilan, sehingga masalah yang dihadapi ibu pun makin kompleks. Jika kondisi fisiknya kurang baik, maka proses berpikir, suasana hati, kendali emosi dan tindakan ibu dalam kehidupan sehari-hari akan terkena imbas negatifnya. Antara lain, suasana hati atau keadaan emosi cepat berubah dan kepekaan meningkat yang akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari sang ibu.
Perubahan secara fisik pada ibu hamil mudah ditebak dan umum terjadi pada setiap ibu yang sedang mengalami kehamilan, seperti perubahan bentuk tubuh dengan badan yang semakin membesar. Namun perubahan secara mental pada ibu hamil sangat sulit sitebak dan tidak selalu sama terjadinya pada setiap ibu hamil ataupun pada setiap kehamilan. Dengan hadirnya janin di dalam rahim, maka hal itu akan mempengaruhi emosi si ibu karena posisi janin yang ada di dalam rahim dapat merespons apa yang sedang dialami oleh ibu. Oleh karena itu calon ibu perlu mempersiapkan diri secara psikologis sejak sebelum, selama, dan sesudah kehamilan. Calon ayah dan ibu perlu bersiap-siap menyesuaikan diri terhadap perubahan peran, tanggung jawab, pembagian waktu, maupun perhatian yang berkaitan dengan kehadiran sang bayi.
Bagaimanakah kondisi psikologis ibu hamil?
Secara psikologis kondisi pada ibu hamil dapat dibagi dalam tiga tahapan:
Tahap pertama adalah pada triwulan pertama, yaitu pada saat usia kehamilan satu hingga tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu belum terbiasa dengan keadaannya, di mana adanya perubahan hormon yang mempengaruhi kejiwaan ibu, sehingga ibu sering merasa kesal atau sedih. Selain itu, ibu hamil ada juga yang mengalami mual-mual dan morning sickness, yang mengakibatkan stres dan gelisah. Pada trimester pertama ini merupakan masa paling berat bagi beban psikis ibu hami karena perubahan aktivitas hormonal ibu sedang besar-besarnya. Perubahan inilah yang dapat dengan mudah mempengaruhi stabilitas emosi ibu. Akibatnya, beban psikologis pun semakin bertambah. Makanya, wajar bila di usia kehamilan ini banyak ibu rentan terhadap stres.
Tahap kedua saat triwulan kedua, yaitu pada saat usia kehamilan empat hingga enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu sudah merasa tenang, karena telah terbiasanya dengan keadaannya.
Tahap ketiga yakni trisemester ketiga, stres pada ibu hamil akan meningkat kembali. Hal itu dapat terjadi dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah. Dan semakin bertambah dekatnya waktu persalinan pun semakin tinggi. Perasaan cemas muncul bisa dikarenakan si ibu memikirkan proses melahirkan serta kondisi bayi yang akan dilahirkan.
Terjadinya stres bisa ditandai dengan peningkatan detak jantung dan peningkatan hormon pemicu stres. Perlu diketahui bahwa setiap detak jantung ibu tentu dapat dirasakan pula oleh janin. Oleh karena itu, bila ibu sering mengalami stres, maka detak jantung semakin meningkat. Detaik jantung yang semakin keras dapat mempengaruhi gerakan pada janin. Akibatnya, janin pun lebih aktif bergerak-gerak di dalam rahim. Selain detak jantung meningkat, hormon pemicu stres pun ikut meningkat. Peningkatan itu dapat mempengaruhi kondisi dari si ibu, seperti ibu kurang tidur, nafsu makan terganggu, cemas dan lain-lain.
Tips untuk mengatasi stres
Cobalah untuk mencari tahu penyebab stres. Apakah berkaitan dengan perubahan hormonal atau hubungan personal dengan orang lain. Bicarakan dengan petugas kesehatan jika diperlukan. Dan carilah jalan keluar yang efektif untuk dapat mengatasi dan menghadapinya.
Lakukan kegiatan yang disenangi dan hindari kebiasaan yang tidak baik. Misalnya dengan memelihara tanaman, membaca, mendengarkan musik dsb.
Binalah hubungan emosional yang baik dengan pasangan, keluarga dan teman-teman. Komunikasi/hubungan emosional yang baik akan dapat membantu menghadapi kesulitan kepedihan, karena adanya dukungan dari pasangan, keluarga dan teman.
Perbanyak istirahat dan lakukan aktivitas yang dapat membantu mengurangi ketegangan pada otot-otot. Misalnya yoga, senam hamil dan sebagainya.
Baca juga: Apa sih stres itu?
Kiat menyeimbangkan kondisi psikologis ketika hamil
Carilah informasi seputar kehamilan, perubahan yang terjadi dalam diri ibu, dan hal-hal yang perlu dihindari agar janin tumbuh sehat. Informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin dan bisa mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai apa yang terjadi.
Bicarakanlah perubahan selama kehamilan dengan suami, sehingga ia juga tahu serta diharapkan bisa berempati dan mampu memberi dukungan psikologis yang dibutuhkan.
Periksalah kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan terpercaya mengenai kehamilan. Pahami pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan janin.
Rajin beribadah kepada Tuhan agar hati kita selalu merasa damai dan tenang dalam mnghadapi segala hal.
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan meupun emosi negatif lainnya, dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian, berzikir, yoga, dan bentuk relaksasi lainnya.
Bergabunglah dengan kelompok senam hamil, pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif.
Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur.
Saat hamil merupakan saat sensitif bagi seorang wanita. Jadi, sudah selayaknya pasangan memberikan semangat dan perhatian kepada istri. Dengan begitu istri bisa kuat secara mental untuk menghadapi segala hal di masa kehamilannya. Sebisa mungkin suami menciptakan suasana yang mendukung perasaan istri, misalnya mengajak jalan-jalan ringan sambil ngobrol, bicara halus dan positif dan sebagainya, ini akan membuat istri merasa nyaman, selain juga semakin mempererat hubungan suami-istri.
Yang menentukan kesiapan seorang wanita dalam masa kehamilan adalah faktor kepribadian. Kalau kepribadiannya sudah matang, tentu ia akan siap menghadapai segala tantangan secara umum, termasuk perubahan saat kehamilan.